Sesuai dengan kodratnya, manusia dibekali dengan hasrat ingin tahu. Hasrat
ingin tahu dalam diri manusia akan selalu memunculkan berbagai macam
pertanyaan. Sebagai akibatnya, manusia juga selalu berusaha mencari jawaban
terhadap pertanyaan yang muncul tadi. Hasrat ingin tahu tersebut akan terpenuhi
apabila manusia memperoleh pengetahuan baru atau mampu memecahkan masalah
sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sendiri.
Biasanya manusia selalu berpikir jika berhadapan dengan banyak
permasalahan. Akan tetapi, tidak semua masalah membuat kita terdorong untuk
memikirkannya secara sungguh-sungguh. Kegiatan berpikir tentang
sesuatu secara sunguh-sungguh dan logis inilah yang disebut Penalaran.
Ciri-ciri Penalaran
Berikut ini merupakan ciri-ciri penalaran:
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika
(penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
2. Sifat analitik dari
proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir
secara analitik.
Secara detail penalaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Logis, suatu penalaran harus
memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif
dan didasarkan pada data yang sahih.
Analitis, berarti bahwa
kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam
merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke
dalam suatu pola tertentu.
Rasional, artinya adalah apa
yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat
dipikirkan secara mendalam.
Tahap-tahap Penalaran
Menurut John Dewey, proses penalaran manusia dilakukan melalui
beberapa tahap berikut:
1. Timbul rasa sulit,
baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam
menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba.
2. Kemudian rasa sulit
tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan.
3. Timbul suatu
kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau teori.
Ide-ide pemecahan
diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan cara
mengumpulkan bukti-bukti (data).
2.
Menguatkan pembuktian tentang ide-ide tersebut dan menyimpulkan melalui
keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan.
Metode-metode Penalaran
·
Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta
yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Dalam
penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut
silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
1. Dasar pemikiran utama
(premis mayor)
2. Dasar pemikiran kedua
(premis minor)
3. Kesimpulan
Contoh:
Premis mayor : Semua siswa SMA
kelas X wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.
Premis minor : Bob adalah siswa kelas X SMA
Kesimpulan : Bob wajib mengikuti jam
pelajaran Sosiologi
·
Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan
kesimpulan yang bersifat umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan
ditarik dari sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Contoh:
Bukti 1 : logam 1
apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 2 : logam 2
apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 3 : logam 3
apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.
·
Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan
Induktif)
Metode berpikir pendekatan ilmiah adalah penalaran yang
menggabungkan cara berpikir deduktif dengan cara berpikir induktif. Dalam
pendekatan ilmiah, penalaran disertai dengan suatu hipotesis.
Misalkan seorang siswa
yang apabila sebelum berangkat sekolah telah sarapan terlebih dahulu dalam porsi
yang banyak, dia tidak akan kelaparan hingga jam pelajaran berakhir. Secara
deduktif, akan disimpulkan bahwa setiap anak yang makan banyak tidak
akan cepat lapar. Untuk menjawab kasus seperti ini, kita ajukan pertanyaan
mengapa seorang siswa cepat lapar? Untuk itu, kita ajukan hipotesis bahwa siswa
akan cepat lapar jika makanan yang dimakan kurang memenuhi standar gizi dan
energi yang dihasilkan oleh makanan tersebut sedikit. Kemudian secara
induktif kita uji untuk mengetahui apakah hasil pengujian
mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang diajukan tersebut.
Sumber : http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/pengertian-dan-metode-penalaran-menurut.html