Kepemimpinan

Teori dan Arti Penting Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dan memanipulasi orang lain agar sesuai dengan kepentingan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain. Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Berikut ini adalah beberapa teori kepemimpinan :

a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
- Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya.
- Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Topologi Kepemimpinan
Tipologi kepemimpinan merupakan tipe-tipe kepemimpinan lain yang ada disekitar kita, berikut adalah tipe kepemimpinan menurut (Siagian,1997)  :
-          Tipe Otokratis
·         Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
·         Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
·         Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
·          Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat .
·         Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya.
·         Dalam menggerakan bawahannya sering menggunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

-          Tipe Demokratis
·         Tidak berfikiran bahwa pemimpin adalah manusia mulia yang harus dihormati dan sebagainya.
·         Menyingkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahannya.
·         Senang menerima saran dan kritik.
·         Mengedepankan kerjasama atau teamwork.
·         Memberikan kebebasan bawahannya untuk melakukan kesalahan dan kesempatan untuk bawahannya memperbaiki kesalahannya tersebut dengan kebijakan tertentu.
·         Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses.
·         Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

-          Tipe Militeris
·         Menggunakan perintah dalam menggerakan bawahannya.
·         Senang menggunakan jabatan dan pangkat dalam memberikan perintah.
·         Menuntut displin yang tinggi dan melebih-lebihkan formalitas.
·         Sukar menerima kritikan.
·         Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.

-         Tipe Paternalistis
·         Menganggap bawahannya tidak dewasa.
·         Bersikap terlalu melindungi.
·         Jarang memberi kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kreasinya.
·         Sering bersikap sok tahu yang berlebihan.

-          Tipe Karismatik
Tipe kepemimpinan ini tidak dapat dijelaskan secara nyata karena pemimpin yang disukai karena karismanya cenderung tidak memiliki patokan khusus dalam mencirikan apa yang disukai dari sifat kepemimpinan dengan tipe ini. Karisma seorang pemimpin  biasanya tercipta secara alami dari sikap pribadi pemimpin tersebut.

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompok.
            Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
            Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin.
Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Menurut Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan adalah
1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader).
2. Adanya orang lain yang dipimpin
3. Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi    dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Davis menyimpulkan ada empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
• Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya • Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup matang
 • Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement drives) : dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan
 • Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan pimpinan bersifat saling mempengaruhi.

Faktor Faktor Dalam Kepemimpinan :

1. Pemimpin 
Dalam kaitannya dengan Kepemimpinan, Pemimpin memang merupakan faktor esensial dari Proses Kepemimpinan itu sendiri. Serta Pemimpin itu memang harus mengerti apa yang harus dia tahu dan apa yang harus dia perbuat, atau istilah lainnya The Right Man on The Right Place.

2. Pengikut (Followers)
Adalah salah satu faktor kepemimpinan yang membuat Faktor pertama itu ada. Karena tanpa adanya Pengikut, otomatis Pemimpin pun tak ada. Oleh karena itu Faktor Kepemimpinan dalam Pengikut ini lebih cenderung pengertian akan apa saja yang Followers inginkan sehingga sebuah satuan fungsi manajemen bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Serta ada pula yang mengatakan kalau berbeda Pemimpin maka berbeda pula gaya kepemimpinannya. Oleh karena itu Pengikut disini memang harus menyesuaikannya dengan cepat.

3. Komunikasi
Salah satu hal yang menjembatani antara Pemimpin dan Pengikut adalah proses Komunikasi itu sendiri. Dengan adanya komunikasi. Hubungan kerja antara dua belah pihak baik atasan maupun bawahan dapat sinergis dan berjalan sesuai dengan apa yang telah dirancangkan sebelumnya.

4. Situasi
Dalam sebuah situasi tertentu, terkadang kita diharusnkan untuk bertindak secara cepat dan refleks untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu kondusifitas situasi antara Atasan dan Bawahan memang harus saling dikuatkan agara selalu terjadi kondisi situasi yang nyaman dan kondusif.

Implikasi Manajerial
Dalam salah satu bukunya yang menjadi best seller, John Maxwell menjelaskan bahwa kemampuan memimpin menentukan tingkat keefektifan seseorang dan organisasi. Dengan memberikan contoh kasus dua orang bersaudara, Dick dan Maurice yang merintis sebuah bisnis yang bergerak dalam makanan fast-food. Usaha mereka sangat sukses dalam membesarkan restoran pribadi tetapi mengalami kegagalan dalam usaha untuk menjual waralaba. Alasan kegagalan ini sederhana yaitu mereka tidak mempunyai kepemimpinan yang diperlukan untuk menjadikannya efektif. Beberapa tahun kemudian mereka menjual hak untuk menjual hak waralaba kepada seorang yang bernama Ray. Dalam waktu empat tahun berikutnya Ray membuka 100 restoran. Empat tahun berikutnya sudah ada 500 restoran dan hari ini ada lebih dari 21.000 restoran McDonald di lebih dari 100 negara di dunia. (1)
            Kunci kesuksesan Ray Kroc ada dalam kepemimpinannya. Kemampuan memimpinnya menentukan tingkat keefektifan pribadi maupun organisasi yang dipimpinnya. Maxwell menyebut hal ini sebagai hukum katup di mana jika daya kepemimpinannya kuat maka katup keberhasilan akan terbuka lebih lebar lagi. Sebaliknya jika daya kepemimpinannya lemah, maka katup keberhasilan hanya sedikit terbuka. Hal ini tidak berarti seorang yang tidak mempunyai kepemimpinan yang kuat tidak dapat berhasil.

Daftar Pustaka
Bass, B.M. and Avolio, B.J., 1994, Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership, Sage, Thousand Oaks.

Bryman, A., 1992, Charisma and Leadership in Organizations, Sage, London.

(21 Maret 2014)

(20 Maret 2014)



Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan
            Keputusan adalah hasil pemikiran dari analisis data masalah yang ada. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
           
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat vital. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada human relations.

            Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.

Dasar Pengambilan Keputusan :
Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
5. Logika/Rasional
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika 

Jenis-jenis pengambilan keputusan
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
                Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
                Keputusan yang bersifat rasional  berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
                Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
                Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
                Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
                Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Terdapat enam faktor yang ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
1.    Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2.    Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3.    Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4.    Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5.    Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6.    Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Implikasi Manajerial
Pak Darwin adalah seorang Menejer Keuangan pada PT. Arta. Pekerjaan pada devisi keuangan mengharuskan Pak Darwin harus cermat dalam menginvestasikan serta mengolah keuangan pada PT. Arta. Pada saat itu diharuskan penggantian mesin di pabrik dan harus menghitungan dengan cermat sebelum melakukan investasi pada mesin yang akan dibeli agar investasi yang dilakukan tidak merugikan perusahaan.  Maka Pak Darwin harus melakukan keputusan untuk menginvestasikan keuangan perushaan secara cermat.


Sumber :
Anzizhan & Syaifaruddin. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Subakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta:Grasindo

(21 Maret 2014)

(22 Maret 2014)





TEAM WORK

1.      PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK KELOMPOK

1.1  PENGERTIAAN KELOMPOK
Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka saling bergantung (interdependent) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, meyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi (Cartwright&Zander, 1968; Lewin, 1948).

1.2   KARAKTERISTIK KELOMPOK
Berikut ini adalah karakteristik kelompok :
·          Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik   secara verbal maupun non verbal
·          Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompo
·         Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit
·         Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama
·          Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu     sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya

2.      TAHAPAN PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pencetus tahapan pembentukan kelompok adalah Bruce Tackman (1965). Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah kosep ini dicetuskan.

Tahap 1 - Forming
Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.

Tahap 2 - Storming
Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini.

Tahap 3 - Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.

Tahap 4 - Performing
Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.

Tahap 5 - Adjourning dan Transforming
Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.

3.      KEKUATAN TEAM WORK
Team work adalah kerjasama yang di lakukan oleh 2 orang atau lebih, kerjasama tersebut terjalin untuk menyelesaikan suatu masalah atau mendapatkan sesuatu. Kerjasama memiliki beberapa kelebihan yaitu :

3.1                Pemecahan Masalah
Banyak kepala lebih baik daripada satu kepala, sebuah pemikiran akan lebih berkembang jika dapat menerima pemikiran pemikiran lain dari luar, masalah yang timbul lebih cepat terselesaikan jika di kelola bersama melalui sistem komleks.

3.2                Menyelesaikan Tugas Lebih Cepat
Gotong royong sudah menjadi tradisi di indonesia , seperti pribahasa Berat Sama di Jinjing, Ringan Sama Dipikul yang bermakna , lebih baik mengerjakan sesuatu bersama sama agar terasa ringan.

3.3                Persaingan yang Sehat
Sebuah persaingan yang sehat dalam kelompok dapat digunakan untuk memotivasi individu dan membantu tim unggul.

3.4                Mengembangkan Hubungan
Sebuah tim yang terus bekerja sama akhirnya akan mengembangkan peningkatan tingkat ikatan. Hal ini dapat membantu orang menghindari konflik yang tidak perlu karena mereka telah menjadi akrab satu sama lain melalui kerja tim. Peringkat anggota tim kepuasan mereka dengan tim berkorelasi dengan tingkat proses kerja tim ini.

3.5                Kualitas Orang Berbeda
Setiap anggota tim dapat menawarkan pengetahuan yang unik dan kemampuan untuk membantu meningkatkan anggota tim lainnya. Melalui kerja tim berbagi kualitas ini akan memungkinkan anggota tim untuk menjadi lebih produktif di masa depan.


4.      IMPLIKASI MANAJERIAL (CONTOH KASUS)
4.1 Analisis Kasus
            Perusahaan merupakan sebuah sistim kerja yang besar, setiap bagian memiliki fungsi dan kegunaan masing masing. Bagian bagian sistim ini di susun sedemikian rupa agar dapat memperoleh tujuan dari perusahaan tersebut.
4.2  Masalah Yang Timbul
Semakin besar sistem maka semakin sulit juga di kelola, itu lah hambatan untuk perusahaan besar yang memiliki sistem besar, setiap bagian harus saling membantu satu sama lain. Tidak jarang terjadi kesalahan sistem dalam perusahaan yang besar. Jika sudah terjadi maka perusahaan tersebut akan merugi.

4.3  Penyelesaian Masalah
Jika terjadi kesalahan sistem maka pertama kali yang harus di lakukan adalah mencari di mana letak kesalahanya. Untuk itu di perlukan kerjasama antara team agar kesalahan capat teridentifikasi. Jika masalah sudah di temukan harus di cari jalan keluar dan di benahi. Di sinilah peran dari kerjasama team.

5.      DAFTAR PUSTAKA

Williams, Pat, The Magic Of Team Work, Grasindo, Jakarta 2000

Jawwad, Abdul, M.Ahmad, Manajemen Team Work, PT. Syamil Cipta Media, Jakarta 2006

(7 Maret 2014)

(7 Maret 2014)

(8 Maret 2014)






PERAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

            1.      PENGERTIAN KOMUNIKASI
Berdasarkan Bahasa Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common”  yang dalam bahasa inggris memiliki arti yang sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”.  Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya.
Berdasarkan para ahli komunikasi adalah   penyampaian pesan dari komunikator (sender) kepada komunikan (receiver) melalui media tertentu dan menyebabkan efek.Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

             2.      JENIS DAN PROSES KOMUNIKASI
2.1  JENIS KOMUNIKASI
Untuk mengetahui jenis komunikasi, komunikasi dibedakan menjadi tiga menurut jenisnya: (Soejono Trimo, Analisis Kepemimpinan Angkasa Bandung. 1986) :

a.    Downward Communication
Koordinasi melalui rencana yang telah dibuat (by plan) yang dapat dikatakan koordinasi itu mencapai bentuk komunikasi yang akhirnya berjalan kebawah. Komunikasi ini bersifat satu arah dari pemimpin kepada bawahanya. Informasi yang disampaikan meliputi antara lain, kebijaksanaan pemimpin, peraturan, ketentuan yang harus diikuti oleh pekerja. jadwal kegiatan atau program dan alokasi sumber-sumber.

b.    Upward Communication
Koordinasi melalui umpan balik (feed back), berarti komunikasi teratur keatas, dari bawahan kepimpinan terutama dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis, pemimpin atau manajer sangat memerlukan input informasi yang berupa laporan, saran dari bawahan untuk dapat mengkoordinasikan seluruh kegiatan itu.

c.    Komunikasi Horizontal atau Diagonal
Koordinasi melalui interaksi lateral sebenarnya merupakan satu alur komunikasi atau informasi yang sifatnya horizontal atau diagonal antar departemen/unit-unit dalam organisasi.

2.2  PROSES KOMUNIKASI
Proses komunikasi ialah bagaimana seorang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu kesatuan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi termasuk juga suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.

             3.      KOMUNIKASI EFEKTIF
Berkomunikasi efektif adalah ketika komunikator dan komunikan memiliki pengertian yang satu. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.
Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan.
Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :

o   Menciptakan suasana yang menguntungkan.
o   menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
o   pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan.
o   Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya.
o   Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihk komunikan.

             4.      IMPLIKASI MANAJERIAL (CONTOH KASUS)
4.1  Analisis Kasus
Kasus kali ini saya ambil dari kegiatan sehari hari mahasiswa, Belajar di kelas merupakan keharusan mahasiswa yang tidak dapat di ganggugugat, dalam kegiatan belajar terjadi komunikasi antar mahasiswa, hal ini menyebabkan terbentknya kelompok-kelompok bermain yang berbeda. Hal ini dinamakan Komunikasi Kelompok In Group.

4.2  Masalah Yang Timbul
Dengan adanya kelompok-kelompok yang berbeda di dalam satu tempat secara bersamaaan besar kemungkinan terjadinya gesekan gesekan sosial yang berujung pada perselisihan, hal itu terjadi di karenakan hal yang di sebut Solidaritas. Atas dasar itu seetiap anggota kelompok akan membela kelompoknya.

4.3  Penyelesaian Masalah
Untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul karena adanya gesekan sosial antar kelompok , cara terbaik adalah mempertemukan kedua belah pihak yang berselisih dalam suatu forum diskusi. Dengan di dampingi pihak ke-3 sebagai penengah.

5.DAFTAR PUSTAKA
    
Jiwanto, Gunawan., Komunikasi dalam Organisasi, Pusat Pengembangan Manajemen & Andi
Offset, Yogyakrta 1985

Pace R. Wayne and Faules, Don F, Komunikasi Organisasi, ROSDA, Bandung 2000

(7 Maret 2014)

(7 Maret 2014)

(9 Maret 2014)



       

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Blogger templates

Blogger news